Skip to main content

70° di presenza dei Saveriani in Indonesia

1917/500

La gioiosa celebrazione del 70° di presenza dei Saveriani in Indonesia (1951-2021) è una bella occasione per esprimere alla Regione Indonesiana, a nome della Direzione Generale e di tutta la Congregazione, il ringraziamento e le nostre congratulazioni per questi anni intensi di fedele servizio al mandato missionario di Gesù. È una ricorrenza fatta di passato, presente e futuro.

desain cover kalender misioner 2016

La storia saveriana in Indonesia è cominciata nel 1951 e ha percorso le strade (i mari!) di questo arcipelago, soprattutto nelle isole di Sumatra, Mentaway, Nias, Java, Flores… Da una parte è una storia piena di fede, audacia e fantasia e, dall’altra, di profonda sintonia e prodiga risposta. Gli inizi sono stati difficili, ma generosi. Non possiamo non ricordare i primi protagonisti di questa avventura, molti dei quali riposano nel cimitero della Biara di Padang. Sono stati capaci di offrire la loro vita per il Vangelo, di entrare in profonda empatia con il popolo indonesiano e la sua cultura, di creare nuove comunità cristiane e di trovare collaborazione e sostegno nell’opera missionaria saveriana e di tutta la Chiesa.

12. DESEMBER I P. Alexander Denny Wahyudi SX Jepang

La fervida risposta della gente, in genere, alla testimonianza e al lavoro dei saveriani, può far pensare ad una specie di connaturalità tra il carisma saveriano e l’animo indonesiano. L’opera evangelizzatrice saveriana si è intrecciata molto bene con il motto nazionale Bhinneka tunggal ika, (unità nella diversità), il principio che fa di questa grande nazione un’importante risorsa per l’ecologia culturale e politica del nostro tempo. Indubbiamente, il carisma saveriano ha trovato in Indonesia e nella sua gente accettazione e generosa partecipazione. Lo provano le numerose vocazioni, la nascita e sviluppo del laicato saveriano (PAX: Paguyuban Awam Xaverian), le attività del dialogo interreligioso e le innumerevoli persone che, a partire dalla loro fede, con generosità e dedizione straordinaria seguono e sostengono il nostro carisma. Pure la recente nomina a vescovo di Padang di P. Rubianto Vitus Solichin, sx, è un chiaro segno della maturità raggiunta dopo tutti questi anni anche dalla comunità saveriana in Indonesia. 

08. AGUSTUS I P. Hieronimus Harum SX Rep. Demokratik Kongo

Ad oggi, sono 43 i missionari saveriani indonesiani di voti perpetui (presbiteri e fratelli). Oltre ad aver preso in mano le redini della vita della stessa regione indonesiana, essi sono sparsi nei vari continenti, in ogni parte del mondo saveriano. Impegnati nell’annuncio del Vangelo ai non cristiani, sono testimoni delle meraviglie di Dio e portano il loro granellino di sabbia perché il progetto di San Guido M. Conforti, "fare del mondo una sola famiglia in Cristo", si avveri sempre di più. Il loro contributo alla vita della Famiglia saveriana e alla missione sarà sempre più significativo.

06. JUNI I FX. Sudarmanto SX Sierra Leone

Anche grazie ai saveriani, oggi la Chiesa indonesiana è “più” missionaria e universale. Questo è lo stupendo dono che il nostro Istituto può fare, non perché siamo maestri, ma testimoni. Papa Francesco ci sta aiutando ad aprire le porte e ad uscire senza timore dalle nostre comunità sicure e protette, per andare verso nuove mete, anche in Indonesia. Solo così continueremo ad essere testimoni viventi del mandato ricevuto: andate in tutto il mondo e proclamate il Vangelo a ogni creatura (Mc 16,15). La domanda: siamo in grado, come saveriani, di raccogliere la sfida missionaria e di uscire dalla nostra “riserva naturale”, per andare dove l’ad gentes e ad extra ci aspetta?

05. MEI I P. FX. Sadono Widodo Agung SX Chad

L’attuale solida struttura della Regione Indonesiana, ha richiesto – e suppone tutt’ora – una dedicazione straordinaria: spirito di sacrificio, intelligenza, capacità organizzativa, dinamismo e soprattutto comunione e collaborazione con l’intera Famiglia saveriana. Ma non dimentichiamo che … se il Signore non costruisce la casa, invano si affaticano i costruttori! Con gratitudine possiamo allora affermare che lo Spirito di Dio è stato generoso con noi e che, nel nome di Gesù, sarà con noi tutti i giorni, fino alla fine del mondo.

02. FEBRUARI I P. Joanes La Nike SX cavalgada Brazil

Uniti a tutta la Regione Indonesiana, l’intera Congregazione dei Missionari Saveriani si rallegra, ringrazia e augura con tutto il cuore "buon cammino", almeno per altri 70 anni, ad ogni saveriano presente nella Circoscrizione.

Eugenio Pulcini,sx


Peringatan 70 tahun kehadiran Xaverian di Indonesia

Kemeriahan perayaan 70 tahun kehadiran para Xaverian di Indonesia (1951-2021) merupakan kesempatan yang indah untuk menyampaikan kepada provinsi Xaverian Indonesia, atas nama Direksi Jendral dan seluruh Kongregasi, ucapan terima kasih dan selamat atas tahun-tahun pelayanan yang telah dilalui dengan penuh kesetiaan dalam menjankan tugas misioner dari Yesus. Perayaan ini mencakup segala peristiwa masa lampau, sekarang ini dan juga masa depan.

ruby6

Sejarah Xaverian di Indonesia dimulai pada tahun 1951 dan telah menempuh jalan-jalan (laut!) sepanjang Nusantara ini, terutama di pulau Sumatra, Mentawai, Nias, Jawa, Flores ... Di satu sisi, sejarah itu merupakan sejarah yang penuh dengan iman, keberanian dan imajinasi dan, di sisi lain, penuh dengan harmoni yang mendalam dan tanggapan yang murah hati. Pada awalnya banyak kesulitan, namun penuh dengan kemurahan hati. Kita tidak bisa tidak mengingat para perintis dari petualangan ini, banyak di antara mereka telah beristirahat di pemakaman Biara Padang. Mereka mampu mempersembahkan hidup mereka demi Injil, untuk masuk ke dalam empati yang mendalam dengan orang-orang Indonesia dan budaya mereka, untuk membentuk komunitas-komunitas Kristen baru dan untuk membangun kerjasama dan dukungan bagi karya misioner Xaverian dan seluruh Gereja.

Tanggapan yang sungguh-sungguh dari orang-orang, secara umum, terhadap kesaksian dan karya Xaverian, mungkin menunjukkan semacam kesamaan antara karisma Xaverian dan jiwa Indonesia. Karya penginjilan Xaverian sangat terkait erat dengan semboyan nasional Bhinneka tunggal ika, prinsip yang menjadikan bangsa yang besar ini sebagai sumber daya penting bagi ekologi budaya dan politik zaman kita. Tidak diragukan lagi, karisma Xaverian mendapat sambutan dan partisipasi yang murah hati di Indonesia dan masyarakatnya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya panggilan, lahir dan berkembangnya kaum awam Xaverian (PAX: Paguyuban Awam Xaverian), kegiatan dialog antaragama dan tak terhitung banyaknya umat yang, berangkat dari imannya, dengan kedermawanan dan dedikasi yang luar biasa, mengikuti dan mendukung kharisma kita. Demikian juga pengangkatan Pastor Vitus Rubianto Solichin sx sebagai uskup Padang baru-baru ini merupakan tanda jelas dari kedewasaan yang dicapai setelah bertahun-tahun komunitas Xaverian di Indonesia.

Sampai saat ini, ada 43 misionaris Xaverian Indonesia yang berkaul kekal (imam dan bruder). Selain telah mengambil peranan penting dalam kehidupan di provinsi Indonesia sendiri, mereka juga tersebar di berbagai benua, di setiap belahan dunia Xaverian. Berkomitmen untuk mewartakan Injil kepada orang-orang bukan-Kristen, mereka adalah saksi keajaiban Tuhan dan membawa butiran-butiran pasir mereka sehingga proyek St. Guido M. Conforti, “untuk membuat dunia menjadi satu keluarga di dalam Kristus”, menjadi semakin nyata. Kontribusi mereka pada kehidupan Keluarga Xaverian dan misi akan semakin penting.

Berkat Xaverian juga, sekarang ini Gereja Indonesia “lebih” misioner dan universal. Ini adalah anugerah luar biasa yang dapat diberikan kongregasi kita, bukan karena kita adalah guru-guru, melainkan saksi-saksi. Paus Fransiskus membantu kita untuk membuka pintu-pintu dan tanpa rasa takut meninggalkan komunitas kita yang aman dan terlindungi, untuk mencapai tujuan-tujuan baru, bahkan di Indonesia. Hanya dengan cara ini kita akan terus menjadi saksi hidup dari amanat yang kita terima: pergilah ke seluruh dunia dan wartakanlah Injil kepada segala makhluk (Mrk 16:15). Pertanyaannya: apakah kita mampu, sebagai Xaverian, untuk menerima tantangan misioner dan meninggalkan “cagar alam” kita, untuk pergi ke tempat di mana ad gentes dan ad ekstra menantikan kita?

Struktur provinsi Xaverian Indonesia yang kokoh saat ini, membutuhkan - dan kiranya masih membutuhkan – suatu dedikasi yang luar biasa: semangat pengorbanan, kecerdasan, kemampuan organisasi, dinamisme dan terutama persekutuan dan kerjasama dengan seluruh Keluarga Xaverian. Namun janganlah kita lupa bahwa ... jika Tuhan tidak membangun rumah, sia-sialah para pembangun bekerja! Dengan rasa syukur kita dapat menegaskan bahwa Roh Allah telah bermurah hati kepada kita dan bahwa, dalam nama Yesus, Dia akan menyertai kita setiap hari, sampai akhir zaman.

Bersatu dengan seluruh provinsi Xaverian Indonesia, seluruh Kongregasi Misionaris Xaverian bersukacita, berterima kasih dan berharap dengan sepenuh hati atas “perjalanan yang baik”, setidaknya untuk 70 tahun, untuk setiap Xaverian yang berkarya dalam provinsi Indonesia.

Eugenio Pulcini, sx


70th anniversary of Xaverian presence in Indonesia

The celebration of the 70th anniversary of  Xaverian presence in Indonesia (1951-2021) affords a  beautiful occasion to express our thanks to the Indonesian Region on behalf of the General Direction and the whole Congregation. Congratulations for these all-out years of faithful service to the missionary mandate of Jesus. It is an anniversary that embraces past, present, and future.

The history of the Xaverian presence in Indonesia began in 1951, treading the roads (the seas!) of this archipelago, especially in Sumatra, Mentawai, Nias, Java, Flores... It is a history full of faith, bravery, creativity, together with deep understanding and generous response. The beginnings were challenging but generous. We cannot fail to remember the first protagonists of this adventure, many of whom rest in the cemetery of the Biara of Padang. They offered their lives for the Gospel and identified deeply with the Indonesian people and their culture. They created new Christian communities and found collaboration and support in carrying out the Xaverian missionary work and the work of the whole Church.

In general, the people's enthusiastic response to the witness and work of the Xaverians may suggest a kind of innate bond between the Xaverian charism and the Indonesian soul. The national motto Bhinneka tunggal ika (unity in diversity), which makes this great nation an important resource for our time's cultural and political ecology, is very well reflected in the evangelizing work of the Xaverians. Undoubtedly, the Xaverian charism has found acceptance and generous participation in Indonesia and its people. The numerous vocations, the birth and development of the Xaverian laity (PAX: Paguyuban Awam Xaverian), the activities of interreligious dialogue, and the countless people who, starting from their faith, with generosity and extraordinary dedication, follow and support our charism all attest to this. The recent appointment of Fr. Rubianto Vitus Solichin sx as bishop of Padang, is also a clear sign of the maturity achieved by the Xaverian community in Indonesia after all these years.   

To date, there are 43 Indonesian Xaverian missionaries with perpetual vows (priests and brothers). Besides guiding the life of the Indonesian region itself, they are now present in the various continents and every part of the Xaverian world. Committed to the proclamation of the Gospel to non-Christians, they witness to the wonders of God and contribute their grain of sand so that the project of St. Guido M. Conforti, "to make the world one family in Christ," may become more and more visible. Their contribution to the life of the Xaverian Family and to the mission will be ever more significant.

Thanks to the Xaverians, the Indonesian Church is today increasingly “more" missionary and universal. It is a beautiful gift our Institute can contribute, not as teachers but as witnesses. Pope Francis is helping us to open doors and courageously leave our safe and comfortable communities and move towards new horizons, in Indonesia as well. Only in this way will we continue to be living witnesses to the mandate we have received: go into the whole world and proclaim the Gospel to every creature. (Mk. 16:15). The question is: are we, as Xaverians, capable of taking up the missionary challenge and leaving our "comfort zone" to go where the ad gentes and ad extra awaits us?

The present solid structure of the Indonesian Region has required - and still does - an extraordinary dedication in terms of a spirit of sacrifice, intelligence, organizational capacity, dynamism, and above all, communion and collaboration with the entire Xaverian Family. However, let us not forget that ... unless the Lord build the house, they labor in vain who build.  With gratitude, we can, therefore, affirm that the Spirit of God has been generous with us and that, in the name of Jesus, will be with us always, until the end of the age.

United with the entire Indonesian Region, the whole Congregation of the Xaverian Missionaries rejoices, thanks, and full-heartedly wishes, at least for another 70 years, "a good journey" to every Xaverian present in the Circumscription.

Eugenio Pulcini, sx


70º aniversario de la presencia de los Misioneros Javerianos en Indonesia

La alegre celebración del 70º aniversario de la presencia de los Misioneros Javerianos en Indonesia (1951-2021) es una excepcional ocasión para expresar a esta Región, en nombre de la Dirección General y de toda la Congregación, nuestro agradecimiento y felicitación por estos intensos años de servicio fiel al mandato misionero de Jesús. Es una recurrencia hecha de pasado, presente y futuro.

La historia javeriana en Indonesia comenzó en 1951 y ha recorrido los caminos (¡los mares!) de este archipiélago, especialmente en las islas de Sumatra, Mentaway, Nias, Java, Flores... Por un lado, es una historia llena de fe, audacia y fantasía y, por otro, de profunda armonía y respuesta generosa. Los comienzos fueron difíciles, pero magnánimos. No podemos dejar de recordar a los primeros prota­gonistas de esta aventura, muchos de los cuales descansan en el cementerio de la Biara de Padang. Fueron capaces de ofrecer sus vidas por el Evangelio, entrar en profunda empatía con el pueblo indonesio y su cultura, crear nuevas comunidades cristianas y encontrar colaboración y apoyo en la obra misionera javeriana y de toda la Iglesia.

La ferviente respuesta del pueblo en general, al testimonio y a la labor de los Javerianos, puede hacer pensar en una especie de connaturalidad entre el carisma javeriano y el alma indonesia. La labor evangeli­zadora javeriana está muy bien entrelazada con el lema nacional Bhinneka tunggal ika, (unidad en la diversidad), el principio que hace de esta gran nación un importante recurso para la ecología cultural y política de nuestro tiempo. Sin duda, el carisma javeriano ha encontrado aceptación y participación generosa en Indonesia y su gente. Así lo demuestran las numerosas vocaciones, el nacimiento y desa­rrollo del laicado javeriano (PAX: Paguyuban Awam Xaverian), las actividades de diálogo interreli­gioso y las innumerables personas que, partiendo de su fe, con generosidad y extraordinaria dedica­ción siguen y apoyan nuestro carisma. El reciente nombramiento como obispo de Padang del P. Ru­bianto Vitus Solichin, sx, es también un claro signo de la madurez alcanzada por la comunidad javeriana en Indonesia después de todos estos años.   

A la fecha, hay 43 Misioneros Javerianos indonesios de votos perpetuos (Sacerdotes y Hermanos). Además de haber tomado las riendas de la vida de la propia Región indonesia, están dispersos en los distintos continentes, en todas las partes del mundo javeriano. Comprometidos con el anuncio del Evangelio a los no cristianos, son testigos de las maravillas de Dios y aportan su grano de arena para que el proyecto de San Guido M. Conforti, “hacer del mundo una sola familia en Cristo”, se haga cada vez más realidad. Su contribución a la vida de la Familia Javeriana y a la misión será cada vez más significativa.

Hoy la Iglesia indonesia es “más” misionera y universal, gracias también a los Misioneros Javerianos. Este es el maravilloso don que nuestro Instituto puede hacer, no porque seamos maestros, sino porque somos testigos. También en Indonesia, el Papa Francisco nos está ayudando a abrir las puertas y a salir sin miedo de nuestras comunidades seguras y protegidas, para ir hacia nuevos destinos. Sólo así seguiremos siendo testigos vivos del mandato que hemos recibido: vayan por todo el mundo y anuncien el Evangelio a toda criatura (Mc 16,15). La pregunta es: ¿somos capaces, como Javerianos, de asumir el reto misionero y salir de nuestra “reserva natural”, para ir allá donde nos espera el ad gentes y el ad extra?

La sólida estructura actual de la Región de Indonesia ha requerido - y sigue pidiendo aún - una extraordinaria dedicación: espíritu de sacrificio, inteligencia, capacidad organizativa, dinamismo y, sobre todo, comunión y colaboración con toda la Familia Javeriana. Pero no olvidemos que... si el Señor no construye la casa, en vano trabajan los constructores. Por consiguiente, con gratitud podemos afirmar que el Espíritu de Dios ha sido generoso con nosotros y que, en el nombre de Jesús, estará con nosotros todos los días, hasta el fin del mundo.

Unidos a toda la Región de Indonesia, toda la Congregación de los Misioneros Javerianos se alegra, agradece y desea de todo corazón un “buen camino”, al menos por otros 70 años, a cada Javeriano presente en la Circunscripción.

Eugenio Pulcini, sx


Indonésie : 70 ans

La joyeuse célébration du 70ème anniversaire de la présence des Xavériens en Indonésie (1951-2021) est une belle occasion d’exprimer à la Région d’Indonésie, au nom de la Direction Générale et de toute la Congrégation, nos remerciements et nos félicitations pour ces années intenses de service fidèle au mandat missionnaire de Jésus. C’est un anniversaire fait de passé, présent et avenir.

L’histoire xavérienne en Indonésie a commencé en 1951 et a parcouru les routes (les mers !) de cet archipel, notamment dans les îles de Sumatra, Mentawaï, Nias, Java, Flores... D’une part, c’est une histoire pleine de foi, d’audace et d’imagination et, d’autre part, d’harmonie profonde et de réponse généreuse. Les débuts ont été difficiles, mais abondants. Nous ne pouvons pas manquer de nous souvenir des premiers protagonistes de cette aventure, dont beaucoup reposent dans le cimetière de la Biara de Padang. Ils ont pu offrir leur vie pour l’Évangile, entrer dans une profonde empathie avec le peuple indonésien et sa culture, créer de nouvelles communautés chrétiennes et trouver collaboration et soutien dans l’œuvre missionnaire xavérienne et de toute l’Église.

La réponse fervente de la population, en général, au témoignage et au travail des Xavériens, peut suggérer une sorte de connaturalité entre le charisme xavérien et l’âme indonésienne. L’œuvre d’évangélisation xavérienne est très bien liée à la devise nationale Bhinneka tunggal ika, (unité dans la diversité), le principe qui fait de cette grande nation une ressource importante pour l’écologie culturelle et politique de notre temps. Sans aucun doute, le charisme xavérien a trouvé acceptation et participation généreuse en Indonésie et chez son peuple. Cela est prouvé par les nombreuses vocations, la naissance et le développement des laïcs xavériens (PAX : Paguyuban Awam Xaverian), les activités de dialogue interreligieux et les innombrables personnes qui, à partir de leur foi, avec générosité et dévouement extraordinaire suivent et soutiennent notre charisme. Aussi la récente nomination comme évêque de Padang du P. Rubianto Vitus Solichin sx, est un signe clair de la maturité atteinte, après toutes ces années, même par la communauté xavérienne en Indonésie.

À ce jour, il y a 43 missionnaires indonésiens xavériens à vœux perpétuels (prêtres et frères). En plus d’avoir pris les rênes de la vie dans la région indonésienne elle-même, ils sont parsemés sur les différents continents, dans toutes les parties du monde xavérien. Engagés à annoncer l’Évangile aux non-chrétiens, ils sont témoins des merveilles de Dieu et apportent leur grain de sable pour que le projet de San Guido M. Conforti, "faire du monde une famille dans le Christ", devienne de plus en plus vrai. Leur contribution à la vie de la Famille Xavérienne et à la mission sera de plus en plus significative.

Grâce aussi aux Xavériens, aujourd’hui l’Église indonésienne est « plus » missionnaire et universelle. C’est le don extraordinaire que notre Institut peut faire, non pas parce que nous sommes des enseignants, mais des témoins. Le pape François nous aide à ouvrir les portes et à quitter sans crainte nos communautés sûres et protégées, pour aller vers de nouvelles destinations, même en Indonésie. Ce n’est qu’ainsi que nous continuerons à être des témoins vivants du mandat reçu : aller dans le monde entier et annoncer l’Évangile à toute créature (Mc 16, 15). La question : sommes-nous capables, en tant que Xavériens, de relever le défi missionnaire et de quitter notre « réserve naturelle », pour aller là où ad gentes et ad extra nous attendent ?

La solide structure actuelle de la Région indonésienne a exigé - et suppose encore - un dévouement extraordinaire : esprit de sacrifice, intelligence, capacité d’organisation, dynamisme et surtout communion et collaboration avec toute la Famille Xavérienne. Mais n’oublions pas que... si le Seigneur ne bâtit pas la maison, les constructeurs peinent en vain ! Avec gratitude nous pouvons alors affirmer que l’Esprit de Dieu a été généreux avec nous et qu’au nom de Jésus, il sera avec nous chaque jour, jusqu’à la fin du monde.

Unis à toute la Région indonésienne, toute la Congrégation des Missionnaires Xavériens se réjouit, remercie et souhaite de tout cœur un « bon parcours », au moins pour 70 ans encore, à chaque Xavérien présent dans la Circonscription.

Eugenio Pulcini, sx

Eugenio Pulcini sx
16 Décembre 2021
1917 Vues
Disponible en
Mots clés

Liens et
Téléchargements

Zone réservée à la famille Xaverienne.
Accédez ici avec votre nom d'utilisateur et votre mot de passe pour afficher et télécharger les documents réservés.