Skip to main content

In missione come gratitudine

1403/500

“Ringraziamo il Santo Padre per la fiducia che ha riposto nella persona di p. Vitus e nella famiglia dei missionari saveriani. Ci uniamo ai motivi di gioia e gratitudine al Signore di tutta la famiglia saveriana, assicurando al vescovo eletto Mons. Vitus Rubianto Solichin sx il nostro affetto e preghiera”.  

Così ieri la Direzione Generale dei saveriani presentava la notizia della nomina a vescovo della Diocesi di Padang del nostro confratello P. Vitus Rubianto Solichin. Da quando è missionario saveriano, p. Rubianto ha dedicato molto del suo tempo alla attività accademica, nell’ambito della Sacra Scrittura, sia allo studio, all’insegnamento e alla formazione biblica di tanti laici, soprattutto presso la Driyarkara High School of Philosophy, e nel campo del dialogo interreligioso, a Jakarta. Ha curato varie pubblicazioni su argomenti biblici (vedi il suo CV). Fino al giorno della sua nomina, era anche il Rettore dello Scolasticato Filosofico dei saveriani, a Jakarta.  

ruby2

Questo avvenimento cade in un contesto particolare di riflessione e di rinnovamento dell’impegno missionario della Famiglia saveriana. Stiamo celebrando il Giubileo Saveriano, nel centenario della approvazione delle Prime costituzioni e della redazione della Lettera Testamento di Mons. Conforti, nostro Fondatore. In Indonesia, un arcipelago esteso per quasi due milioni di Kmq, frammentato in più di 17.000 isole e il maggiore paese musulmano al mondo, la comunità saveriana celebra quest’anno i 70 anni dall’arrivo dei primi missionari saveriani in questa nazione. 

Fu proprio a Padang, capoluogo della provincia di Sumatra Occidentale, che i nostri missionari, espulsi dalla Cina, arrivarono nel 1951. Questa diocesi fu “fondata” dai saveriani e, infatti, i nostri confratelli p. Pasquale De Martino s.x (come Vicario Apostolico) e poi p. Raimondo Bergamin s.x (primo vescovo) sono stati i primi pastori di Padang. Decine e decine di saveriani hanno dedicato tutta la loro vita alla evangelizzazione delle comunità in molte zone dell’isola di Sumatra e nell’arcipelago delle Mentaway. Alcune attività di promozione umana e di inculturazione hanno segnato la storia di questi popoli. Molti di questi confratelli sono sepolti nel cimitero presso la Biara, la Domus dei saveriani, a Padang. 

Con semplicità di cuore, non pensiamo sia fuori luogo leggere la nomina di P. Vitus a Vescovo di Padang, come un segno del cammino di maturità cristiana e missionaria della Chiesa locale e anche come un frutto del lavoro realizzato da tanti confratelli, sia nel primo annuncio sia nel rafforzamento delle nascenti comunità cristiane dell’isola di Sumatra. Questo avvenimento può essere inteso anche come una chiamata a ritornare alle radici del qualificato lavoro missionario fatto in tantissime comunità di Sumatra, incluso nelle isole Mentaway e tra i Nias… Ritornare alle radici non significa certo trasformare l’opera dei missionari in reperti e materiali da museo né ripetere le stesse cose che i nostri confratelli realizzarono 50, 60, 70 anni fa. Ritornare alle radici significa rinnovare l’opera missionaria della Chiesa con lo stesso coraggio, la stessa passione per il popolo indonesiano e creatività, la stessa temerarietà che sostenne i primi missionari e che permise loro di accettare con fede le non facili sfide di quel tempo, convinti che la missione è una ricchezza più per chi la fa che per chi la riceve e che una comunità cristiana che non esce, che non conduce fuori, che non fa missione muore.

Con le parole di Papa Francesco, questo auguriamo al nostro confratello: «Non temiamo di intraprendere, con fiducia in Dio e tanto coraggio, una scelta missionaria capace di trasformare ogni cosa …» (22 Ottobre, 2017). Accompagniamo con la preghiera e la nostra amicizia S.E. Mons. Vitus Rubianto Solichin, S.X. Nella sua nuova missione, seguendo il Buon Pastore, non abbia paura di condurre fuori, al pascolo e in missione le pecore della diocesi di PadangPerché la missione rinnova la Chiesa, rinvigorisce la fede e l’identità cristiana, dà nuovo entusiasmo e nuove motivazioni. La fede si rafforza donandola! (RMi 2). Con l’intercessione di San Guido M. Conforti e con le nostre preghiere, raccomandiamo il vescovo Vitus e la sua nuova famiglia, la diocesi di Padang, a Maria, Regina degli apostoli.


Perutusan Misi Sebagai ungkapan syukur

Kami berterima kasih kepada Bapa Suci atas kepercayaan kepada pribadi Pastor Vitus dan kepada keluarga Misionaris XaverianKami bergabung dengan sukacita dan rasa terima kasih kepada Tuhan dari seluruh keluarga Xaverianserta menjanjikan kasih dan doa kami kepada Uskup yang terangkat, Mons. Vitus Rubianto Solichin sx”.  

Demikianlah ucapan Direksi Jenderal yang kemarin menyampaikan berita terpilihnya konfrater kita P. Vitus Rubianto Solichin sebagai Uskup Keuskupan Padang. Sejak menjadi misionaris Xaverian, P. Rubianto telah mendedikasikan banyak waktu kepada kegiatan akademis, dalam bidang Kitab Suci , entah itu studi, pengajaran dan pendidikan biblis banyak kaum awam, terutama di Sekolah Tinggi FIlsafatDriyarkara, dan juga dalam bidang Dialog Antaragama, di Jakarta. Beliau sudah mengupayakan pelbagai publikasi berkisar tema-tema biblis (Lihat Curriculm Vitae-nya). Sampai pada saat pengangkatannya, ia adalah juga Rektor rumah Skolastikat Filsafat para Xaverian, di Jakarta.  

ruby2

Peristiwa ini terjadi dalam suatu konteks khas permenungan dan pembaruan keterlibatan misioner Keluarga Xaverian. Kita sedang merayakan Yubileum Xaverian, berketepatan dengan pengesahan Konstitusi yang pertama dan dengan redaksi Surat Wasiat  Mons. Conforti, Pendiri kita. Di Indonesia, suatu negara kepulauanyang luasnya hampir dua juta kilometer persegi, yang tediri atas lebih dari 17.000 pulau dan adalah negara Islam yang terbesar di dunia, komunitas Xaverian tahun ini merayakan 70 tahun tibanya kelompok pertama para misionaris Xaverian di negara ini. 

Sesudah diusir dari Cina, para misionaris kita sampai justru di  Padang, ibu kota Propinsi Sumatera Barat, pada tahun 1951. Keuskupan ini telah “didirikan” oleh para Xaverian; dan konfrater-konfrater kita Pasquale De Martino (sebagai Vikaris Apostolik) dan berikutnya Raimondo Bergamin (Uskup yang pertama) telah menjadi Gembala-Gembala pertama di Padang.

Puluhan Xaverian mendedikasikan seluruh hidup mereka pada evangelisasi komunitas-komunitas di banyak tempat di pulau Sumatera dan di kepulauan Mentawai. Beberapa kegiatan promosi manusia serta inkulturasi telah menandai sejarah orang-orang ini. Banyak konfrater telah dimakamkan di pekuburan yang terletak diBiara Xaverian, di Padang. 

Dengan hati yang tulus, kami merasa dapat membaca pengangkatan P. Vitus sebagai Uskup Padang, sebagai tanda dari perjalanan kedewasaan kristiani dan misioner Gereja setempat, serta buah kerja banyak konfrater, entah dalam pewartaan pertama maupun peneguhan komunitas-komunitas kristiani yang terlahir di pulau Sumatera. Peristiwa ini dapat kita pahami sebagai ajakan untuk “kembali” kepada akar-akar karya misioneryang khusus yang telah dilakukan di banyak komunitas di Sumatera, termasuk di Kepulauan Mentawai dan diNias… “Kembali kepada akar” pasti tidak berarti mengubah karya para misionaris menjadi bahan-bahan museum, dan juga bukan mengulang-ulangi hal-hal yang sama seperti pernah dilaksanakan oleh para konfrater kita  50, 60, 70 tahun yang lalu. Kembali kepada akar berarti membarui karya misioner Gereja dengan keberanian dan cinta yang sama, terhadap umat Indonesia dan kreativitas dan kenekatan yang sama yang telah meneguhkan para misionaris pertama dan telah memberdayakan mereka menerima dengan penuh iman tantangan-tantangan yang tidak mudah dari zaman mereka, dalam keyakinan, bahwa misi itu lebih merupakan suatu kekayaan bagi mereka yang melaksanakannya  dari pada bagi mereka yang menerimanya;dan bahwa suatu komunitas kristiani yang tidak keluar, dan tidak mengantar keluaryang tidak menjalankan misi  layu/mati.

Dengan mengutip ungkapan Paus Fransiskus, kami menyampaikan pesan ini kepada para konfrater: «Jangan kita takut memulai, dengan kepercayaan kepada Allah dan dengan berani, suatu pilihan misioner yang mampu mengubah segalanya …» (22 Oktober, 2017). Kita menemani Yang Mulia Mons. Vitus Rubianto Solichin, S.X dengan doa dan persahabatan kita.  Dalam menghayati misinya yang baru, dengan mengikuti sang Gembala yang Baik, jangan takut mengantar keluardi padang rumput dan dalam misi domba-domba Keuskupan PadangKarena misi membarui Gereja, menguatkan iman dan identitas kristiani, memberi antusiasme baru dan motivasi-motivasi yang baru. Iman diperkuat dengan menganugerahkannya! (RMi 2). Dengan pengantaraan doa dari Santo Guido M. Conforti serta doa-doa kita, kita mempercayakan Uskup Vitus dan keluarganya yang baru, Keuskupan Padang, kepada Maria, Ratu para rasul.


On mission with gratitude

Let us thank the Holy Father for placing his trust in the person of Fr. Vitus and the family of the Xaverian Missionaries. We join the whole Xaverian family in rejoicing and thanking the Lord; we assure elected Bishop Vitus Rubianto Solichin SX of our affection and prayers.

This is how, yesterday, the General Direction of the Xaverian Missionaries gave the news of the appointment of our confrere Fr. Vitus Rubianto Solichin as bishop of the Padang Diocese. Since becoming a Xaverian missionary, Fr. Rubianto has devoted much of his time to academic work in the field of Biblical studies – both as researcher and as teacher for the Biblical formation of many lay Christians, especially at the Driyarkara High School of Philosophy – and in the field of interreligious dialogue in Jakarta. He has edited several publications on Biblical subjects (see his CV).  Until his appointment as bishop, he has been Rector of the Xaverian Philosophical Scholasticate in Jakarta.

ruby2

For the Xaverian Family, this event occurs during a particular time of reflection and renewal of our missionary commitment. We are celebrating the Xaverian Jubilee commemorating the approval of the First Constitutions (1921) and the writing of the Testament Letter by our Founder, Mons. Conforti. Moreover, in Indonesia, an archipelago that extends over almost two million square Km, includes 17,000 islands and is home to the largest Muslim population in the World, the Xaverian community celebrates the 70th year of presence since the arrival of the first Xaverian missionaries in this land.

After their expulsion from China, it was right in Padang, the provincial capital of Western Sumatra, where our missionaries first arrived in 1951. This diocese was “founded” by the Xaverians; in fact, her first two shepherds were our confreres Pasquale De Martino (as Apostolic Vicar) and then Raimondo Bergamin (first bishop). Dozens of Xaverians have dedicated their life to the evangelisation of the communities in many areas of the Island of Sumatra and in the archipelago of Mentawai. Some of their activities for human promotion and inculturation have marked the history of the local peoples. Many of these confreres are buried in the cemetery near the Biarai, the Xaverian Domus in Padang. 

It is not inappropriate, we believe, to interpret the appointment of Fr. Vitus as Bishop of Padang as a sign of the local Church’s journey towards Christian and missionary maturity. In all simplicity of heart, we also consider it to be a fruit of the work carried out by so many confreres either in the first proclamation of the Gospel or in fostering the growth of new Christian communities across the island of Sumatra. This event may likewise be understood as a call to go back to the roots of that qualified missionary work which has been done in so many communities of Sumatra, including the Mentawai islands and among the Nias. Certainly, going back to the roots does not mean viewing the work of past missionaries as relics and objects for museum exhibitions, nor repeating the same things our confreres accomplished 50, 60 or 70 years ago. Going back to the roots means to renew the missionary work of the Church with their same courage and passion for the Indonesian people; it means having that same creativity and boldness which supported the first missionaries and allowed them to accept with faith the not-easy challenges of their times; it means being convinced that those who do mission become much richer than those whom the mission is directed to, and that a Christian community which does not go out, does not lead outward, does not do mission, is bound to die.

We draw upon the words of Pope Francis to wish our confrere: “Let us not fear to undertake, with trust in God and great courage, a missionary option capable of transforming everything…” (October 22nd, 2017). Let us accompany with our prayer and friendship H. Exc. Mons. Vitus Rubianto Solichin SX. In his new mission, following the Good Shepherd, may he not be afraid to lead the sheep of Padang Diocese to outward pastures and mission, “For missionary activity renews the Church, revitalizes faith and Christian identity, and offers fresh enthusiasm and new incentive. Faith is strengthened when it is given to others!” (Redemptoris Missio 2). Through the intercession of St. Guido M. Conforti and our prayer, we entrust Bishop Vitus and his new family, the diocese of Padang, to Mary, Queen of the Apostles. 


En mission comme gratitude

« Nous remercions le Saint-Père pour la confiance qu'il a placée en la personne du P. Vitus et dans la famille des Missionnaires Xavériens. Nous nous unissons avec les sentiments de joie et de gratitude envers le Seigneur de toute la famille xavérienne, assurant à l'évêque élu Mgr Vitus Rubianto Solichin sx notre affection et notre prière ». 

Ainsi, hier, la Direction Générale des Xavériens a présenté la nouvelle de la nomination comme évêque du diocèse de Padang de notre confrère P. Vitus Rubianto Solichin. Depuis qu'il est devenu Missionnaire Xavérien, le P. Rubianto a consacré une grande partie de son temps à l'activité académique, dans le domaine de l'Écriture Sainte, à la fois à l'étude, à l'enseignement et à la formation biblique de nombreux laïcs, en particulier à l'École supérieure de philosophie Driyarkara, et dans le domaine du dialogue interreligieux, à Jakarta. Il a édité diverses publications sur des sujets bibliques (voir son CV). Jusqu'au jour de sa nomination, il était également Recteur du Scolasticat Philosophique des Xavériens à Jakarta.

ruby2

Cet événement s'inscrit dans un contexte particulier de réflexion et de renouvellement de l'engagement missionnaire de la famille missionnaire xavérienne. Nous célébrons le Jubilé Xavérien, à l'occasion de l'approbation des Premières Constitutions et de la rédaction de la Lettre Testament de Mgr Conforti, notre Fondateur. En Indonésie, archipel de près de deux millions de kilomètres carrés, fragmenté en plus de 17 000 îles et le plus grand pays musulman du monde, la communauté xavérienne célèbre cette année le 70ème anniversaire de l'arrivée des premiers missionnaires xavériens dans ce pays.

Expulsés de Chine, c'est à Padang, capitale de la province de Sumatra occidental, que nos missionnaires sont arrivés en 1951. Ce diocèse a été "fondé" par les Xavériens et, en fait, nos confrères Pasquale De Martino s.x. (Vicaire Apostolique) puis Raimondo Bergamin s.x. (premier évêque) ont été les premiers Pasteurs de Padang. Des dizaines et des dizaines de Xavériens ont consacré leur vie entière à l'évangélisation des communautés dans de nombreuses régions de l'île de Sumatra et dans l'archipel de Mentaway. Certaines activités de promotion humaine et d'inculturation ont marqué l'histoire de ces peuples. Beaucoup de ces confrères sont enterrés dans le cimetière près de la Biara, la Domus Xavérienne, à Padang.

Avec simplicité de cœur, il ne nous paraît pas déplacé de lire la nomination du P. Vitus comme évêque de Padang, comme signe du chemin de maturité chrétienne et missionnaire de l'Église locale et aussi comme fruit du travail accompli par de nombreux confrères, à la fois dans la première annonce et dans le renforcement des communautés chrétiennes naissantes sur l'île de Sumatra. Cet événement peut aussi être compris comme un appel à "retourner" aux racines de l'œuvre missionnaire qualifiée accomplie dans de nombreuses communautés de Sumatra, y compris dans les îles Mentaway et parmi les Nias... « Revenir aux racines » ne signifie pas transformer le travail des missionnaires en artefacts et matériaux de musée ou répéter les mêmes choses que nos frères ont faites il y a 50, 60, 70 ans. Revenir aux racines signifie renouveler l'œuvre missionnaire de l'Église avec le même courage, la même passion pour le peuple indonésien et la même créativité, la même insouciance qui ont soutenu les premiers missionnaires et qui leur ont permis d'accepter avec foi les défis difficiles de cette époque, convaincus que la mission est une richesse plus pour ceux qui la font que pour ceux qui la reçoivent et qu'une communauté chrétienne qui ne sort pas, qui ne mène pas dehors, qui ne fait pas de mission meurt.

Avec les mots du Pape François, nous souhaitons ceci à notre confrère : « Nous n'avons pas peur d'entreprendre, avec confiance en Dieu et beaucoup de courage, un choix missionnaire capable de tout transformer… » (22 octobre 2017). Accompagnons S.E. Mgr Vitus Rubianto Solichin, S.X. : dans sa nouvelle mission, à la suite du Bon Pasteur, qu’il n’ait pas peur de conduire les brebis du diocèse de Padang au pâturage et en mission. Parce que la mission renouvelle l'Église, revigore la foi et l'identité chrétiennes, donne un nouvel enthousiasme et de nouvelles motivations. La foi se renforce en la donnant ! (RMi 2). Avec l'intercession de San Guido M. Conforti et avec nos prières, nous recommandons Mgr Vitus et sa nouvelle famille, le diocèse de Padang, à Marie, Reine des apôtres.


En misión como gratitud

Agradecemos al Santo Padre la confianza que ha depositado en la persona del P. Vitus y en la Familia de los Misioneros Javerianos. Nos sumamos a los motivos de alegría y de acción de gracias al Señor de toda la Familia Javeriana, asegurando al obispo electo Mons. Vitus Rubianto Solichin sx, nuestro cariño y oración”.

De esta manera, ayer, la Dirección General Javeriana presentó la noticia del nombramiento como obispo de la diócesis de Padang, de nuestro cohermano, el P. Vitus Rubianto Solichin.

ruby2

Desde que es misionero javeriano, el P. Rubianto ha dedicado gran parte de su tiempo a la actividad académica en el ámbito de la Sagrada Escritura, ya sea en el estudio, en la enseñanza y formación bíblica de muchos laicos, de manera particular en la Escuela Superior de Filosofía Driyarkara, como también en el campo del diálogo interreligioso en Yakarta. Ha editado varias publicaciones sobre temas bíblicos (ver su CV). Hasta el día de su nombramiento, era también Rector del Escolasticado Filosófico de los Javerianos en Yakarta. 

Este evento se hace presente en un contexto especial de reflexión y renovación del compromiso misionero de la Familia Misionera Javeriana. Celebramos el Jubileo Javeriano, con motivo de la aprobación de las Primeras Constituciones y de la redacción de la Carta Testamento de Mons. Conforti, nuestro Fundador. En Indonesia, un archipiélago de casi dos millones de kilómetros cuadrados, fragmentado en más de 17.000 islas y el país musulmán más grande del mundo, la comunidad javeriana celebra este año el 70 aniversario de la llegada de los primeros Misioneros Javerianos a este país. 

Expulsados ​​de China, fue precisamente en Padang, la capital de la provincia de Sumatra Occidental, donde llegaron nuestros misioneros en 1951. Esta diócesis fue “fundada” por los Javerianos y, de hecho, nuestros cohermanos p. Pasquale De Martino s.x. (como Vicario Apostólico) y p. Raimondo Bergamin s.x. (primer Obispo) fueron los primeros pastores de Padang. Decenas y decenas de Javerianos han dedicado toda su vida a la evangelización de comunidades en muchas áreas de la isla de Sumatra y en el archipiélago de Mentaway. Algunas actividades de promoción humana y de inculturación han marcado la historia de estos pueblos. Muchos de estos cohermanos están enterrados en el cementerio que está en la Biara, la Domus Javeriana, en Padang. 

Con sencillez de corazón, no nos parece que sea fuera de lugar leer el nombramiento del P. Vitus como obispo de Padang, como un signo del camino de madurez cristiana y misionera de la Iglesia local y también como fruto del trabajo realizado por tantos cohermanos, ya sea en el primer anuncio, como en el fortalecimiento de las nacientes comunidades cristianas en la isla de Sumatra. Este evento puede entenderse también como un llamado a volver a las raíces de un cualificado trabajo misionero llevado a cabo en tantísimas comunidades de Sumatra, en las Islas Mentaway y entre los Nías...  

Volver a las raíces, no significa, ciertamente, transformar el trabajo de los misioneros en piezas y materiales de museo, ni repetir las mismas cosas que realizaron nuestros hermanos hace 50, 60, 70 años. Volver a las raíces significa renovar la obra misionera de la Iglesia con la misma audacia y creatividad, con la misma pasión por el pueblo indonesio y con la misma temeridad que sostuvo a los primeros misioneros, la cual les permitió aceptar con fe los no fáciles desafíos de aquel tiempo, convencidos de que la misión es una riqueza más para quien la lleva a cabo que para quien la recibe, y que una comunidad cristiana que no sale, que no se guía hacia afuera, que no hace misión, muere.

Con palabras del Papa Francisco, deseamos a nuestro cohermano aquello de que: «No tengamos miedo de emprender, con confianza en Dios y mucha audacia, una opción misionera capaz de transformarlo todo...» (22 de octubre 2017). 

Acompañemos a S.E. Mons. Vitus Rubianto Solichin, s.x. en su nueva misión; que siguiendo al Buen Pastor, no tenga miedo de guiar hacia afuera, al pasto y a la misión, a las ovejas de la diócesis de Padang. Porque la misión renueva la Iglesia, revitaliza la fe y la identidad cristianas, da nuevo entusiasmo y nuevas motivaciones. ¡La fe se fortalece dándola! (RMi 2). Con la intercesión de San Guido M. Conforti y con nuestras oraciones, encomendamos al obispo Vitus y a su nueva familia, la diócesis de Padang, a María, Reina de los apóstoles.


Em missão como gratidão 

 “Agradecemos ao Santo Padre pela confiança que depositou na pessoa de Pe. Vitus e na família dos missionários xaverianos. Unimo-nos por este motivo com alegria e gratidão ao Senhor com toda a família Xaveriana, assegurando ao bispo eleito Dom Vitus Rubianto Solichin sx o nosso afecto e oração”.

Assim, ontem, a Direção Geral dos xaverianos apresnetou a notícia da nomeação como bispo da diocese de Padang do nosso confrade Pe. Vitus Rubianto Solichin. Desde que é missionário xaveriano, Pe. Rubianto dedicou grande parte do seu tempo à atividade acadêmica, no âmbito da Sagrada Escritura, tanto ao estudo, ao ensino e à formação bíblica de muitos leigos, especialmente na Escola de Filosofia  de Driyarkara, e no campo do diálogo inter-religioso, em Jacarta . Editou várias publicações sobre tópicos bíblicos (veja seu currículo). Até o dia da sua nomeação, também foi o Reitor do Escolasticado Filosófico dos Xaverianos em Jacarta.

ruby2

Este evento insere-se em um contexto particular de reflexão e renovação do compromisso missionário da família missionária xaveriana. Celebramos o Jubileu Xaveriano, por ocasião da aprovação das primeiras Constituições e da redação da Carta Testamento de Dom Conforti, nosso fundador. Na Indonésia, um arquipélago de quase dois milhões de quilômetros quadrados, fragmentado em mais de 17.000 ilhas e o maior país muçulmano do mundo, a comunidade xaveriana comemora este ano o 70º aniversário da chegada dos primeiros missionários xaverianos a esta nação.

Expulsos da China, foi em Padang, capital da província de Sumatra Ocidental, que nossos missionários chegaram em 1951. Esta diocese foi "fundada" pelos Xaverianos e, de fato, nossos confrades Pasquale De Martino s.x. (como Vigário Apostólico) e depois Raimondo Bergamin s.x (primeiro bispo) foram os primeiros pastores de Padang. Dezenas e dezenas de xaverianos dedicaram suas vidas inteiras à evangelização das comunidades em muitos lugares da ilha de Sumatra e no arquipélago de Mentaway. Algumas atividades de promoção humana e inculturação marcaram a história desses povos. Muitos desses confrades estão sepultados no cemitério próximo à Biara, à Casa Regional Xaveriana, em Padang.

Com simplicidade de coração, não pensamos que seja descabido interpretar a nomeação do Pe. Vitus como Bispo de Padang, como um sinal do caminho de maturidade cristã e missionária da Igreja local e também como fruto do trabalho realizado por tantos confrades, seja no primeiro anúncio como no fortalecimento das nascentes comunidades cristãs na ilha de Sumatra. Este evento também pode ser entendido como um apelo para a "voltar" às raízes do trabalho missionário qualificado e realizado em muitas comunidades de Sumatra, inclusive nas ilhas Mentaway e entre os Nias... "Voltar às raízes" não significa transformar o trabalho dos missionários em artefatos e materiais de museu ou repetir as mesmas coisas que nossos irmãos faziam há 50, 60, 70 anos. Voltar às raízes significa renovar o trabalho missionário da Igreja com a mesma coragem, a mesma paixão pelo povo indonésio e a mesma criatividade, a mesma temeridade que sustentou os primeiros missionários, que lhes permitiu aceitar com fé os difíceis desafios daquela época, convencidos de que a missão é uma riqueza mais para quem a faz do que para quem a recebe e que uma comunidade cristã que não sai, que não é levada para fora, que não faz missão morre.

Com as palavras do Papa Francisco, desejamos parabenizar ao nosso confrade: «Não temos medo de empreender, com confiança em Deus e com muita coragem, uma opção missionária capaz de transformar tudo...» (22 de outubro de 2017). Acompanhamos S. E. Dom Vitus Rubianto Solichin, S.X. Na sua nova missão, seguindo o Bom Pastor, não tenha medo de conduzir as ovelhas da diocese de Padang para fora, ao pasto e à missão. Porque a missão renova a Igreja, revigora a fé e a identidade cristãs, dá novo entusiasmo e novas motivações. A fé é fortalecida domando-a! (RMi 2). Pela intercessão de São Guido M. Conforti e pelas nossas orações, recomendamos Dom Vitus e sua nova família, a diocese de Padang, a Maria, Rainha dos Apóstolos.

DG
05 julho 2021
1403 Visualizações
Disponível em
Tags

Links e
Downloads

Área reservada para a Família Xaveriana.
Acesse aqui com seu nome de usuário e senha para visualizar e baixar os arquivos reservados.